Matahari terbit di ufuk timur terlihat dari puncak Bukit Kaba. Foto: Komi Kendy |
INGIN merasakan sensasi mendaki gunung, tapi tidak menempuh
perjalanan yang terlalu menguras tenaga? Gunung Kaba atau kerap disebut dengan
nama Bukit Kaba, menjadi tempat yang cocok.
Gunung dengan ketinggian 1.938 mdpl ini tergolong mudah didatangi
siapa saja. Termasuk anak-anak. Tebilang aman untuk pendakian keluarga. Karena
untuk menuju kawasan puncak bukit rute dan track
(jalurnya) tidaklah terlalu sulit. Walaupun tentunya pula tak bisa dianggap
enteng.
Perjalanannya bisa ditempuh pulang pergi dalam sehari saja jika
hanya ingin hiking dan tidak mendirikan tenda di areal camping ground (berkemah).
Nah, kalau ke Bukit Kaba sangat disayangkan jika sampai melewatkan
indahnya sunrise dari ufuk timur ketika cuaca cerah. Dari arah terbitnya
matahari, pengunjung bisa menyaksikan hamparan awan bak permadani di depan mata
bersamaan dengan barisan bukit lainnya di arah timur bukit ini.
Warna langitnya
berubah-ubah dari kelam saat menjelang fajar menjadi biru tua, oranye, lalu
biru muda dengan awan berarak. Sangat cocok menjadi spot fotografi atau
pembuatan timelapse (video yang diolah dari frame foto).
Selain itu, di sana juga terdapat tiga kawah cantik. Dimana dua
diantaranya merupakan kawah “hidup” yang lokasinya bisa dijangkau dan
disaksikan dari dekat. Ya, Bukit Kaba merupakan salah satu gunung berapi aktif
tipe A di Pulau Sumatera.
Secara administratif, kaki Bukit Kaba terdapat Desa Talang
Markisa, Kecamatan Selupu Rejang Kabupaten Rejang Lebong. Daerah itu bisa
didatangi dari Kota Bengkulu, maupun Kota Lubuklinggau Kabupaten Musi Rawas,
Provinsi Sumatera Selatan yang sekarang sudah memiliki bandara sendiri, yakni
Bandara Silampari.
Sebenarnya jika dibandingkan dari Bengkulu yang memerlukan waktu
dua hingga dua setengah jam ke kaki bukit, dari Kota Lubuk Linggau justru lebih
dekat. Bahkan bisa ditempuh kurang dari satu jam saja.
Sepanjang perjalanan menuju Desa Talang Markisa, kita bisa
menyaksikan perkebunan sayur milik warga di kiri kanan jalan. Sebagian besar
penduduk desa tersebut bercocok tanam cabai, bunga kol, bawang merah, wortel,
tomat dan lain-lain.
Selanjutnya jika sudah tiba di Desa Talang Markisa, sebelum menuju
pintu rimba pengunjung diwajibkan melapor di Pos Kelompok Sadar Wisata
(Pokdarwis). Selain menuliskan identitas, pengunjung juga dikenakan tarif untuk
masuk kawasan wisata ini.
Pendakian dimulai dari pintu rimba yang jaraknya sekitar 100 meter
dari Pos Pokdarwis, ditandai dengan menyeberangi aliran air. Untuk sampai ke
puncak, ada tiga shelter yang bisa disinggahi sebagai tempat istirahat. Dari
pintu rimba menuju shelter 1 ditempuh sekitar satu jam. Jalurnya melewati
lorong tanah, vegetasi hutan bambu dan hutan rimbun.
Lalu dari shelter 1 ke shelter 2 juga ditempuh sekitar satu jam
dengan melewati satu jalur yang cukup terkenal dengan nama Tebing Cengeng.
Disebut demikian karena dengan kemiringan sekitar 60 derajat sepanjang sekitar
50 meter, benar-benar membuat pendaki mengeluh ingin menangis rasanya.
Sementara shelter 2 ke shelter 3 kubah (bangunan mirip bunker) sebagai pintu
masuk kawasan puncak bukit dilewati setengah jam. Selama perjalanan
dari shelter ke shelter, bukan hanya udara segar dan pemandangan hijau dengan
suasana persahabatan saja yang dinikmati. Tapi juga suara macam-macam satwa.
Salah satu yang paling khas adalah suara siamang yang terdengar jika ada
pendaki melintasi shelter 1 ke shelter 2. Biasanya mereka bersuara karena ingin
menandai wilayah habitatnya.
Tiba di shelter 3
kubah pendaki dapat mendirikan tenda. Kalau cuma hiking, bisa duduk-duduk saja
melepas lelah sebelum lanjut trekking ke kawah hidup dan kawah mati. Ada sumber
air 20 meter di sebelah kiri lembah jika menghadap puncak yang cukup jernih
sebagai alternatif jika kehabisan air minum.
Menuju ke kawah
hidup, jalannya berada sejalur dengan jalur kubah sekitar 20 menit. Nantinya
akan melintasi tangga yang disebut sebagai tangga seribu, walau jumlahnya
sendiri tidak sampai seribu anak tangga.
Secara
keseluruhan, perjalanan 2,5 jam dari pintu rimba menuju puncak Bukit Kaba
memang cukup melelahkan. Seorang teman pendaki wanita yang sudah biasa mendaki
gunung-gunung di Jawa saat mendaki bersama ke Kaba menuturkan jalur gunung
Sumatera sangat berbeda dengan gunung-gunung di Jawa.
“Gunung Kaba walau
jaraknya pendek, namun cukup melelahkan karena trek mendakinya yang sangat
sedikit jalur datarnya. Terkadang harus berpegangan pada akar-akar jika ingin
menaiki undakan tanah. Sementara di Jawa, jalur datar nan panjang cukup banyak,
sehingga tak terlalu melelahkan walau waktu tempuhnya lebih lama,” begitu kata seorang teman saat mendaki bersama beberapa waktu lalu. Saya pun cuma manggut-manggut karena
belum kenal sama gunung-gunung di Jawa.
Kawah belerang di puncak Bukit Kaba. Foto: Komi Kendy |
Meski demikian
lelahnya, pada akhirnya terbayar dengan pemandangan yang elok. Toh jika
dinikmati tidak terlalu terasa lelahnya. Anggap saja sambil berolahraga.
Ada tips bagi yang
ingin melihat sunrise tanpa harus nge-camp atau mendirikan tenda. Pendakian
bisa dilakukan dinihari sekitar pukul 02.30 WIB. Begitu tiba di puncak, pas
waktunya pukul 05.00 WIB atau menjelang matahari terbit. Untuk cara ini,
wisatawan wajib membawa senter dan setidaknya mengajak satu orang yang sudah
tahu jalur.
Kunjungan ke
lokasi wisata ini biasanya ramai di hari Sabtu, Minggu dan hari-hari libur
lainnya. Pada hari besar seperti Hari Kemerdekaan 17 Agustus dan Tahun Baru,
jumlah pendaki dan wisatawan yang hiking bisa mencapai ratusan orang.
Disisi lain, meski
mendaki Bukit Kaba terbilang cukup mudah dan bisa dijangkau dengan semua
kalangan tanpa peralatan khusus, namun wisatawan yang datang ke sana diharapkan
tetap safety procedure. Dalam artian tetap mengutamakan keselamatan dan membawa
perlengkapan standar.
Misalnya membawa
jas hujan, mengenakan sepatu yang nyaman atau sandal gunung, membawa air dan
bekal yang cukup, menjaga kearifan lokal, serta disarankan untuk tetap berjalan
di jalur yang terlihat jelas. Bila ingin menginap, bawalah perlengkapan standar
pendakian.(ken)
Akses ke Gunung Kaba dari Jakarta-Bengkulu
Jakarta (Bandara
Sukarno Hatta) – Kota Bengkulu (Bandara Fatmawati Sukarno) menggunakan maskapai
penerbangan Lion Air, Garuda, Citilink atau Sriwijaya. Ada lima kali
penerbangan sehari dan ditempuh dengan 50 menit perjalanan.
Kota Bengkulu –
Simpang Desa Sumber Urip, Kecamatan Selupu Rejang, Kabupaten Rejang Lebong
menggunakan jasa travel dengan tarif Rp 40-50 ribu satu kali perjalanan. Naik
travel bisa dari Terminal Pasar Panorama menempuh jarak sekitar 90 kilometer,
sekitar 2 jam.
Jika tak ingin jalan kaki dari simpang Desa Sumber Urip ke Pos
Sadar Wisata (Darwis) di Desa Talang Markisa sekitar 10 kilometer, bisa
mengendarai ojek Rp 20.000 atau berjalan kaki.
Posting Komentar